Tema Arisan Gandjel Rel yang ke-12 adalah “Tentang yang Pertama” dari Mbak Dini dan Marita. Pas banget, aku mau cerita pengalaman pertama menyapih anak. Alhamdulillah, sekarang, Anak Lanang (2 tahun 2 bulan) sudah disapih. Hore! Bisa pake kaos lagi. Maklum, ibu menyusui kan pake baju berkancing depan mulu, biar kalo anak rewel dikit, sumpel pake asi #kejamnyaaa.
Foto: kalo jalan-jalan sudah nggak harus bawa apron, hohoho.
Baca juga: tips seputar bayi dan anak
Sejak Anak Lanang berusia 1,5 tahun (alias 18 bulan), aku sudah mulai mencari informasi soal tips menyapih anak. Mulai baca artikel online, postingan di blog teman, sampe tanya-tanya pas ngobrol offline. Ada anak yang usia 2 tahun mendadak nggak mau menyusui lagi (enak banget ya ini, hehehe), ada yang dikasih lipen (duh, kok aku sayang lipennya #EmakPelit), dll deh.
Dan akhirnya, aku menjalani proses menyapih berikut ini:
Satu, komunikasi.
Walaupun aku 4 tahun belajar Ilmu Komunikasi di kampus, tapi nggak ada tuh mata kuliah soal “Berkomunikasi dengan Balita”, hehehe. Tapi, katanya, balita kadang mengerti omongan kita tapi nggak bisa ngomong balik.
Jadi sejak 1,5 tahun itu, aku sesekali bilang, “Sebentar lagi 2 tahun. Berhenti menyusui, ya.”
Kadang direspon, “Iya,” tapi seringnya dibalas, “Moh (baca: tidak mau dalam bahasa Jawa).”
Duh!
Dua, keberuntungan, hihihi.
Aku tergolong beruntung juga, karena sejak usia 22 bulan (1 tahun 10 bulan), Anak Lanang mendadak tidak mau menyusu ketika di luar rumah. Gak tau kenapa bisa tiba-tiba gitu. Padahal kalo pas di luar rumah, dan aku sudah lelah mengikuti gerak Anak Lanang yang super-lincah, biasanya pake “senjata” menyusui biar anteng di dalam pelukan. Sayangnya, semua itu tidak berlaku kalo di dalam rumah. Lha, masak ke luar rumah tiap hari? *kekepin dompet.
Tiga, menyusui saat tidur saja.
Tepat usia Anak Lanang menginjak 2 tahun 2 hari, aku mantapkan diri hanya menyusui di kala terlihat mengantuk. Kalau sebelumnya, setiap dia minta menyusu, selalu aku kasih. Kali ini tidak. Kalo aku kira dia minta padahal terlihat tidak ngantuk, ya aku alihkan dengan mengajak mainan, tawarin minum air putih, ato nyemil ganteng, hohoho.
Empat, berhenti menyusui ketika bangun tidur.
Untuk melakukan tahapan ke tiga di atas, tidak terlalu sulit. Tapi seminggu kemudian, aku kurangi intensitas menyusui, yaitu tidak mau menyusui ketika Anak Lanang bangun tidur ato ngelilir (aduh, bahasa Indonesianya apa ya? Pokoknya, kadang kan anak bangun, terus minta nyusu, terus tidur lagi).
Responnya? Nangis!
Tapi aku perhatikan, biasanya paling mentok nangisnya 15 menit. Kan capek nangis mulu, hehehe. Selama nangis itu, aku elus-elus aja sambil pura-pura tidur.
Oh ya, tiap bangun tidur terus nangis itu sekitar seminggu lah. Selanjutnya, kayaknya dia sudah paham kalau bangun tidur, atau ngelilir, cuma dielus-elus aku aja.
PR berikutnya adalah Anak Lanang masih menyusui setiap akan tidur. Baik tidur siang atau tidur malam.
Lima, stop menyusui.
Di usianya 2 tahun 1 bulan 7 hari, aku baru berani komitmen stop menyusui.
Hasilnya? Setiap mau tidur Anak Lanang nangis!
Tapi ya itu, paling 15 menit aja nangisnya. Sambil dikasih tau kalo sudah 2 tahun jadi tidurnya dielus-elus aja, ya.
Ternyata, nangisnya itu sekitar 3-4 hari aja kok.
Kalo yang aku baca, anak suka proses menyusui karena serasa tidur di pelukan ibu. Jadi, awal-awalnya, Anak Lanang tidurnya kadang sambil aku peluk, kadang di bawah ketek qiqiqi, kadang malah minta bapaknya (yes! emaknya bebas, hohoho).
Enam, kenali kapan siap.
Setiap anak beda kapan siap disapih. Kalo aku, melihat anakku yang tidak mau menyusui di luar rumah. Jadi itu semacam tanda kalo sebenarnya bisa ya disapih.
Selain itu, kenali kesiapan emaknya. Contohnya, aku baru sanggup full stop menyapih anak pas anak usia 2 tahun 1 bulan 7 hari, karena di hari-hari sebelumnya lagi banyak pekerjaan. Kalo pekerjaan sudah nggak terlalu banyak, pikiran nggak capek, terus psikis lebih siap menghadapi anak yang nangis-nangis minta menyusui tapi nggak aku kasih.
Jangan lupa, minta dukungan orang terdekat. Kalo di rumahku kan cuma ada suami, ya minta tolong dia. Kalo pas suami di rumah, sesekali ngeloni anak, hehe.
Tujuh, siapkan air putih dan camilan.
Semenjak jadwal menyusui Anak Lanang berkurang hingga akhirnya bisa berhenti, porsi makanannya nambah. Kadang, habis makan nasi, setengah jam lagi minta nyemil roti. Makanya, kalo di rumah wajib ada buah dan camilan yang mengandung karbohidrat seperti roti, biskuti marie, sereal, dll.
Nah, itu prosesku menyapih Anak Lanang. Yang utama, siap psikis dulu deh, Emak, jangan galau kalo momen menyusui sudah hilang dari aktivitas sehari-hari. Walau masalah lain kemudian muncul, kayak, sudah berhenti menyusui kok porsi makananku masih banyak ya *lempar timbangan.
Foto: kalo jalan-jalan sudah nggak harus bawa apron, hohoho.
Baca juga: tips seputar bayi dan anak
Sejak Anak Lanang berusia 1,5 tahun (alias 18 bulan), aku sudah mulai mencari informasi soal tips menyapih anak. Mulai baca artikel online, postingan di blog teman, sampe tanya-tanya pas ngobrol offline. Ada anak yang usia 2 tahun mendadak nggak mau menyusui lagi (enak banget ya ini, hehehe), ada yang dikasih lipen (duh, kok aku sayang lipennya #EmakPelit), dll deh.
Dan akhirnya, aku menjalani proses menyapih berikut ini:
Satu, komunikasi.
Walaupun aku 4 tahun belajar Ilmu Komunikasi di kampus, tapi nggak ada tuh mata kuliah soal “Berkomunikasi dengan Balita”, hehehe. Tapi, katanya, balita kadang mengerti omongan kita tapi nggak bisa ngomong balik.
Jadi sejak 1,5 tahun itu, aku sesekali bilang, “Sebentar lagi 2 tahun. Berhenti menyusui, ya.”
Kadang direspon, “Iya,” tapi seringnya dibalas, “Moh (baca: tidak mau dalam bahasa Jawa).”
Duh!
Dua, keberuntungan, hihihi.
Aku tergolong beruntung juga, karena sejak usia 22 bulan (1 tahun 10 bulan), Anak Lanang mendadak tidak mau menyusu ketika di luar rumah. Gak tau kenapa bisa tiba-tiba gitu. Padahal kalo pas di luar rumah, dan aku sudah lelah mengikuti gerak Anak Lanang yang super-lincah, biasanya pake “senjata” menyusui biar anteng di dalam pelukan. Sayangnya, semua itu tidak berlaku kalo di dalam rumah. Lha, masak ke luar rumah tiap hari? *kekepin dompet.
Tiga, menyusui saat tidur saja.
Tepat usia Anak Lanang menginjak 2 tahun 2 hari, aku mantapkan diri hanya menyusui di kala terlihat mengantuk. Kalau sebelumnya, setiap dia minta menyusu, selalu aku kasih. Kali ini tidak. Kalo aku kira dia minta padahal terlihat tidak ngantuk, ya aku alihkan dengan mengajak mainan, tawarin minum air putih, ato nyemil ganteng, hohoho.
Empat, berhenti menyusui ketika bangun tidur.
Untuk melakukan tahapan ke tiga di atas, tidak terlalu sulit. Tapi seminggu kemudian, aku kurangi intensitas menyusui, yaitu tidak mau menyusui ketika Anak Lanang bangun tidur ato ngelilir (aduh, bahasa Indonesianya apa ya? Pokoknya, kadang kan anak bangun, terus minta nyusu, terus tidur lagi).
Responnya? Nangis!
Tapi aku perhatikan, biasanya paling mentok nangisnya 15 menit. Kan capek nangis mulu, hehehe. Selama nangis itu, aku elus-elus aja sambil pura-pura tidur.
Oh ya, tiap bangun tidur terus nangis itu sekitar seminggu lah. Selanjutnya, kayaknya dia sudah paham kalau bangun tidur, atau ngelilir, cuma dielus-elus aku aja.
PR berikutnya adalah Anak Lanang masih menyusui setiap akan tidur. Baik tidur siang atau tidur malam.
Lima, stop menyusui.
Di usianya 2 tahun 1 bulan 7 hari, aku baru berani komitmen stop menyusui.
Hasilnya? Setiap mau tidur Anak Lanang nangis!
Tapi ya itu, paling 15 menit aja nangisnya. Sambil dikasih tau kalo sudah 2 tahun jadi tidurnya dielus-elus aja, ya.
Ternyata, nangisnya itu sekitar 3-4 hari aja kok.
Kalo yang aku baca, anak suka proses menyusui karena serasa tidur di pelukan ibu. Jadi, awal-awalnya, Anak Lanang tidurnya kadang sambil aku peluk, kadang di bawah ketek qiqiqi, kadang malah minta bapaknya (yes! emaknya bebas, hohoho).
Enam, kenali kapan siap.
Setiap anak beda kapan siap disapih. Kalo aku, melihat anakku yang tidak mau menyusui di luar rumah. Jadi itu semacam tanda kalo sebenarnya bisa ya disapih.
Selain itu, kenali kesiapan emaknya. Contohnya, aku baru sanggup full stop menyapih anak pas anak usia 2 tahun 1 bulan 7 hari, karena di hari-hari sebelumnya lagi banyak pekerjaan. Kalo pekerjaan sudah nggak terlalu banyak, pikiran nggak capek, terus psikis lebih siap menghadapi anak yang nangis-nangis minta menyusui tapi nggak aku kasih.
Jangan lupa, minta dukungan orang terdekat. Kalo di rumahku kan cuma ada suami, ya minta tolong dia. Kalo pas suami di rumah, sesekali ngeloni anak, hehe.
Tujuh, siapkan air putih dan camilan.
Semenjak jadwal menyusui Anak Lanang berkurang hingga akhirnya bisa berhenti, porsi makanannya nambah. Kadang, habis makan nasi, setengah jam lagi minta nyemil roti. Makanya, kalo di rumah wajib ada buah dan camilan yang mengandung karbohidrat seperti roti, biskuti marie, sereal, dll.
Nah, itu prosesku menyapih Anak Lanang. Yang utama, siap psikis dulu deh, Emak, jangan galau kalo momen menyusui sudah hilang dari aktivitas sehari-hari. Walau masalah lain kemudian muncul, kayak, sudah berhenti menyusui kok porsi makananku masih banyak ya *lempar timbangan.
Wahh, Arkaan udah gedee...sehat dan happy selaluu..
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteYeayyy Arkaan udah gede yaa udah ngga mimik lagi. Kalo pas Thifa dulu maunya WWL tapi nyatanya yaaa pakai nakut2in sebut pak satpam kalo dia mau mimik di luar rumah hihi #failed
ReplyDeleteHihihi
DeleteKalau lihat Arkan ingat Al ponakanku kan seumur bahkan sama tanggal,bulan dan tahun lahirnya, Al mah dari bayi gak Asi tapi sufors26 heuheu, boleh nih kukasih tahu adikku buat nyapih Aya adiknya Al yang kini 1tahun 2bulan 😀
ReplyDeleteIyaaa
DeleteBermanfaat banget mb sharingnya, langsung ta capture ni :) 1/2 bulan lagi InsyaAllah kamila ta sapih..makasih ya mb :)
ReplyDeleteSama2
DeleteAlhamdullilah semua anak2 dengan keberuntungan,usia pas 2 tahun.Tidak pake drama atau iming2 lain
ReplyDeleteWah alhamdulillah bgt itu
DeleteYaaayyy....maa arkan sudah besar ga nenen lagi. Moga2 rewelnya cepet ilang ya mbak
ReplyDeleteDah gak rewel :)
DeleteBaca ini jadi keingetan pas nyapih anak kedua, sesuatu banget. Aku menyapih dengan banyakin dia makan.
ReplyDeleteMakasih sharingnya mba, bisa buat sepupu neh cara menyapih, dia lagi galau.
Sama2
DeleteHoreee, Arkaan udh disapih juga, saatnya kasih adik doonk 😁
ReplyDeleteAamiin
DeleteWah, menyenangkan ya kalau anak mendadak nggak mau nyusu. Jadi nggak terlalu drama saat nyapih. Ifa dulu sampai 2.5 tahun. Itu juga kalau nggak karena putingku lecet dan berdarah mungkin masih lanjut sampai entah kapan.
ReplyDeleteBtw, hati-hati lo mbak Wuri, biasanya setelah berhenti menyusui langsung ada adiknya, hehehhe.
Makasih tips nya, disimpan buat nyapih Affan 14 bulan lagi, wkwkkw.. ijik suwi... :)
Aamiin
DeleteWaah ilmu baruuu, aku tak cari jodoh dulu baru belajar menyapih mba wuri hihihi
ReplyDeleteIyaaa cari laki sah duluuu
Deletemenyapih itu adalah saat-saat terberat baik untuk ibu maupun untuk anak yaa Mbaa, makasih tipsnya :)
ReplyDeleteIyaaa
DeleteBelajsr copywriting dari Mbak Wuri ah...
ReplyDeleteSalam dari Rembang
Terima kasih
DeleteBarakallah Arkan.. udah siap punya adek nih.. hihi
ReplyDeleteAamiin
Deletewah tinggal PR ku menyapih Nabila nih, coba tips mbak wuri ah,,
ReplyDeleteSama2
DeleteBahagianya bisa melewati tahap menyapih ini ya mbak, meskipun berat dan butuh perjuangan tapi puas. Tipsnya sangat berguna mbak, terutama buat para ibu yang masih bingung gimana mau nyapih anaknya :)
ReplyDeleteSama2
Delete