Menurunkan Angka Kualitas Udara di Bawah 50 untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Pesawat yang saya tumpangi baru saja mendarat di Bandara Wolter Monginsidi (yang sekarang berubah nama menjadi bandara Haluoleo). Di mata saya, Kendari adalah salah satu kota dengan keindahan alam yang lengkap, karena memiliki pantai, pegunungan, hingga kebun raya yang tergolong hutan lindung.

Foto: ketika menginjakkan kaki di Kendari

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, langsung terasa angin yang segar dan sejuk. Udaranya terasa berbeda, perpaduan udara dingin tapi ada sinar matahari yang tidak menyengat. Dari pemandangan di bandara pun sudah dimanjakan oleh hijau pepohonan. Ketika saya melihat ke atas sangat terlihat jelas awan biru yang cerah, yang membuat mata tidak jenuh memandangnya.

Akhirnya, jemari saya tergelitik mengunjungi situs IQ Air, Kendari menjadi kota dengan udara terbersih nomor 9 saat itu, seperti ini:



Apa yang bisa dipelajari dari Kota Kendari?


#1 Memiliki program Kotaku


Beberapa waktu lalu, masih di tahun 2022, pemerintah setempat meluncurkan program Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku. Programnya adalah pembangunan drainase untuk mencegah banjir. Hal ini menjadi angin segar bagi ratusan penduduk setempat yang kerap mengalami banjir.

Program Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku yaitu pembangunan drainase agar tidak banjir.

Drainase yang dibuat membuat air hujan hingga air limbah mampu mengalir dengan lancar, sehingga tidak terjadi genangan air di mana pun. Tentu harus menggunakan bahan berkualitas agar bisa bertahan bertahun-tahun dan tidak mudah rusak. Selain itu, pipa yang digunakan harus bisa mencegah erosi tanah, sehingga ketika ada pergerakan air maka tanah tersebut tidak ikut bergerak.


#2 Secara bertahap menghilangkan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang sebelumnya ada di berbagai sudut kota


Semua TPS yang ada di pinggir jalan akan diganti dengan bak kontainer yang memiliki penutup sehingga lebih enak dilihat dan bersih. Hal ini juga berlaku TPS di beberapa sudut kota.

TPS akan diganti dengan bak kontainer yang memiliki penutup.

Salah satu cara untuk mengubah kebiasaan orang membuang sampah sembarangan adalah, menyiapkan beberapa tempat sampah agar tidak ada alasan dan mau taat menjaga kebersihan lingkungan lagi. Meski banyak tempat sampah, tetap diusahakan penampilannya tidak mengganggu, seperti bisa menggunakan warna cerah, atau harus ada penutup agar menghindari kedatangan lalat, hingga kalau bisa memisahkan sampah agar mudah dikelola di kemudian hari.

#3 Mengatur penebangan


Sudah menjadi rahasia umum jika pohon adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa dipisahkan. Fungsi pohon tidak hanya membuat rindang tetapi menyerap karbon sehingga udara semakin bersih.

Setiap menebang pohon harus ada izin dan memiliki alasan kuat.

Maka tidak semua orang bisa menebang pohon seenaknya. Harus ada pengajuan perizinan terlebih dahulu, harus ada alasan kuat kenapa harus ditebang, hingga informasi detail mengenai pohonnya. Umumnya, pohon yang berbahaya akan mendapatkan izin, misalnya, sudah terlalu tinggi sehingga berbahaya ketika musim hujan. Meski begitu, biasanya hanya beberapa batang saja yang ditebang dan pohon masih berdiri. Selain itu, bisa karena usia pohon sudah tua sehingga boleh ditebang, tapi usahakan menanam pohon baru kembali.




Mungkin masih banyak program lain yang belum sempat saya ketahui. Tapi setidaknya saya merasakan perbedaan kualitas udara di sana. Maka kita bisa berkaca dengan kota-kota yang masih terpantau memiliki udara bersih ini. Jika udara bersih, artinya polusi sudah bisa ditekan.

Sumber Polusi Udara itu Ada di Dekat Kita


Mungkin saat ini kita sudah terbiasa hidup dengan naik kendaraan bermotor agar cepat saat bepergian, di dalam rumah selalu dingin karena ada AC, menggunakan produk sekali pakai agar praktis. Tapi cobalah ke luar rumah, saat jam 12 siang ketika posisi sinar matahari tepat di atas, berdirilah di pinggir jalan raya yang ramai, mungkin 5 menit saja tidak tahan karena panas dan debu di mana-mana.

Cobalah berdiri di pinggir jalan raya yang padat, saat siang hari yang terik dan panas, pasti tidak kuat bertahan lama, kan?

Ya, kenyamanan berada di bumi selama ini hanya semu, karena tanpa fasilitas maka kita tidak bisa nyaman, kan? Saat ini, selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Sebenarnya, banyak produk atau kebiasaan sehari-hari kita yang membuat polusi udara sehingga berdampak pada perubahan iklim. Antara lain:

1. Emisi gas yang dikeluarkan kendaraan bermotor


Ketika kendaraan berjalan, maka ada proses pembakaran bahan bakar, sehingga menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) yang keluar melalui knalpot. CO2 memang dibutuhkan oleh bumi untuk berada di atmosfer dan bertugas menangkap panas sinar matahari agar suhu bumi hangat. Sayangnya, jumlah kendaraan bermotor berkembang pesat sehingga CO2 meningkat drastis yang justru membuat suhu bumi panas.

2. Asap yang dikeluarkan pabrik industri


Selain kendaraan bermotor, gas yang dikeluarkan oleh pabrik industri juga penyumbang suhu bumi semakin panas. Umumnya mengeluarkan karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan hidrocarbon (HC) yang semua sama-sama berbahaya buat manusia.

3. Membakar sampah


Membakar sampah bukan solusi mengatasi kuantitas sampah yang terus meningkat, justru bisa menimbulkan masalah baru. Baik itu membakar sampah rumah tangga, plastik, daun, dan semuanya. Pasalnya, ketika membakar sampah maka mengeluarkan asap yang bisa mengganggu pernafasan manusia dan hewan di sekitar, gangguan kualitas tanah, serta kualitas udara menjadi berkurang.

4. Sisa makanan


Ketika ada sisa makanan yang terbuang, sebenarnya tidak hanya menambah sampah saja, tetapi juga mengeluarkan gas metana. Sementara gas metana ini kerap merupkan lapisan ozon, maka tidak heran mempercepat terjadinya perubahan iklim.

Sisa makanan yang membusuk akan memunculkan gas metana yang kerap merusak lapozan ozon sehingga perubahan iklim terjadi.

5. Pohon yang semakin sedikit


Penebangan pohon, baik di kota besar hingga di hutan pun menjadi sumber terbesar sehingga terjadi perubahan iklim saat ini. Tugas pohon adalah menyerap karbon. Lalu ketika jumlah pohon sedikit, sementara produksi karbon semakin meningkat, maka karbon akan semakin banyak di bumi yang menyebabkan perubahan iklim.




COBA TANYAKAN KEPADA DIRI SENDIRI,

“Apakah merasa bumi sekarang jauh lebih panas dari pada 20 tahun sebelumnya?”
“Apakah bumi sekarang sering sangat dingin, lalu mendadak sangat panas?”

Pasti jawabannya kompak, “Iya.”
Ya, karena sudah mulai terjadi perubahan iklim.

Memang Kenapa Kalau Ada Perubahan Iklim?


Percayalah, ya karena akan mempengaruhi semua faktor kehidupan manusia sehingga muncul #SelimutPolusi yang mengelilingi bumi. Antara lain:

1. Faktor alam yang tidak bersahabat lagi


Apa jadinya jika sering banjir? Tentu kita tidak bisa kegiatan melakukan apa-apa.
Apa jadinya jika panas dan tidak ada hujan? Tentu kita bisa kekurangan persediaan air bersih. Ketika tidak ada air bersih, lalu mau minum apa? Lalu mau mandi dengan air apa? Lalu ingin mencuci memakai apa lagi?

2. Kesehatan manusia terganggu


Yang paling sederhana, ketika cuaca yang ekstrim saja, kita sering sakit tenggorokan, flu, dan batuk. Meski terlihat sakit sepele tapi kita tidak nyaman kan? Tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karena flu, tidak bisa makan dengan enak karena sakit tenggorokan, tidak bisa bekerja produktif karena semalaman selalu terbangun batuk.

Belum lagi perubahan iklim tentu akan mengganggu ekosistem, sehingga muncul virus dan bakteri baru, hingga hama yang bisa menyerang manusia. 

Misalnya, ketika banyak menebang hutan lalu ekosistem kodok berkurang, sehingga populasi nyamuk semakin banyak, lalu jumlah nyamuk pembawa penyakit ke manusia juga ikut tidak terkendali.

3. Gangguan ketersediaan pangan


Bukankah cuaca yang panas terik atau hujan membuat banyak pertanian mengalami gagal panen? Lalu bagaimana jika kuantitas hasil pangan berkurang? Jangan sampai sesama manusia akhirnya saling berebut makanan, atau harga makanan yang melambung tinggi. Cuaca buruk juga bisa membuat kualitas pangan berkurang sehingga gizi makanan pun ikut menipis.

Ketika perubahan iklim dibiarkan saja, kebutuhan dasar manusia pun akan terganggu.

Jika melihat kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, setidaknya perubahan iklim kelak bisa mengganggu manusia mendapatkan dua kebutuhan dasar, yaitu fisiologi dan rasa aman. Kelak manusia bisa susah mendapatkan bahan pangan, dan mungkin nantinya manusia merasa tidak aman lagi hidup di bumi.




Mau tidak mau, dan memang harus sekarang, segera mengatasi perubahan iklim, agar masalah tidak menggulung lalu nantinya menjadi bom waktu sehingga manusia kesusahan mendapatkan kebutuhan dasarnya.

Solusi Mengatasi Polusi dan Perubahan Iklim dari Hutan


Untuk mencari solusi, maka harus menemukan akar masalah. Maka, akar masalah perubahan iklim berasal dari jumlah karbon di bumi yang melesat cepat. Maka, solusinya bisa kepada bagaimana agar jumlah karbon di bumi ini bisa berkurang? Artinya, harus mengelola hutan dengan baik sejak sekarang.

Kenapa harus hutan?
Karena pada dasarnya hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia. Ibaratnya paru-paru manusia untuk bernapas, maka hutan “bernapas” dengan bertugas menyerap karbon yang ada di bumi lalu mengubahnya menjadi oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

Hutan adalah paru-paru bumi agar bisa menyerap karbon berlebihan yang ada di bumi.

Pasalnya, mungkin kita tidak bisa menghapus kendaraan bermotor karena sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia. Kita juga tidak bisa langsung menutup pabrik industri karena masih sangat membutuhkan produk hasil pabrik. Kita juga tidak bisa cepat menghilangkan masalah sampah yang terus menumpuk setiap hari.

Kuncinya ada di jumlah, karena kita tidak akan bisa membuat ribuan hektar hutan dengan cepat, dan tidak bisa juga melenyapkan karbon begitu saja. Maka, perbanyak hutan dan kurangi sumber penghasil karbon, agar bumi kembali “seimbang” sehingga perubahan iklim cepat teratasi.




Ah, jadi ingat jika Kendari memiliki kebun raya yang menjadi salah satu hutan lindung. Kebun yang memiliki luas 113 Ha tersebut, sebenarnya juga masih masuk hutan hutan lindung seluas 22 Ha, dan hutan produksi biasa dengan luas 96 Ha. Meski begitu, masih juga berfungsi sebagai tempat konservasi tumbuhan, untuk melakukan penelitian, serta tempat wisata edukasi.

Di dalamnya, kita akan bertemu flora sebanyak 7 ribu koleksi dan 38 spesies tumbuhan kayu, fauna yang menyenangkan seperti berbagai suara burung, serta dialiri oleh sungai sehingga memiliki pemandangan alam yang lengkap. Rasanya, manusia juga bisa menyatu dengan alam ketika berada di kebun raya Kendari ini. Tidak heran jika Kendari masih tergolong memiliki udara yang bersih pula.

10 Ide Kolaborasi Mengatasi Perubahan Iklim


Untuk mengatasi perubahan iklim memang tidak bisa dilakukan sendiri, tapi memerlukan dukungan semua pihak, semua orang ikut memberikan andil, serta dilakukan secara konsisten. Beberapa pihak bisa melakukan kolaborasi #UntukmuBumiku ini, seperti:

1. Dari lingkungan sekolah: memilih kendaraan umum atau sepeda


Saat ini, sistem penerimaan sekolah menggunakan zoonasi sehingga peserta didik belajar di sekolah yang tidak terlalu jauh. Maka, kita bisa gunakan momen ini untuk mengajak guru (jika rumahnya tidak jauh) dan murid untuk datang ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum atau bisa menggunakan sepeda.

2. Dari lingkungan kantor: jam kantor jelas agar hemat menggunakan listrik


Salah satu penyumbang terbesar dari gedung perkantoran adalah penggunakan energi listrik dan alat pendingin, seperti lampu, jaringan listrik, dan AC. Perkantoran bisa memiliki jam kerja yang jelas, seperti jam 8 pagi sampai 5 sore, sehingga sedikit yang menggunakan lampu atau AC akan dimatikan ketika sudah jam pulang kerja.

3. Dari lingkungan komunitas: ajakan anggotanya memiliki 1 pohon di rumahnya


Ini tidak harus dilakukan oleh komunitas lingkungan, tapi juga bisa menjadi program komunitas apa pun sebagai bentuk peduli terhadap perubahan iklim. Misalnya, komunitas bisnis, komunitas religi, komunitas menggambar, komunitas film, komunitas gamers, dan masih banyak lagi, karena lingkungan adalah masalah semua orang.




4. Dari lingkungan orang-orang kreatif: membuat karya ajakan menjaga bumi


Contohnya,:

· Yang suka desain maka bisa membuat flyer tentang hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menghadapi perubahan iklim
· Yang suka fotografi bisa mencari foto bencana alam agar menjadi pengingat, atau keindahan hutan yang harus dijaga
· Yang suka membuat film maka bisa memproduksi video pendek tentang menjaga lingkungan.

5. Dari lingkungan content creator: membuat konten ajakan menjaga lingkungan dengan mudah


Content creator bisa membuat konten, baik itu berupa foto, video, suara, hingga menggabungkan semuanya, yang isinya ajakan menjaga lingkungan itu sebenarnya mudah. Semakin mudah dipraktekkan oleh masyarakat, maka akan mudah mengajak semua orang untuk peduli terhadap lingkungan. Terlebih banyak #MudaMudiBumi yang menjadi content creator sehingga bisa menunjukkan aksinya lewat konten edukasi.

6. Dari lingkungan tempat wisata: ajakan menjaga kebersihan


Terlebih sekarang cukup banyak tempat wisata yang berada di daerah dan di hutan. Maka tetap mengajak pengunjung untuk tidak mencoret pohon, tidak melukai pohon, dan tidak membuang sampah sembarangan. Panitia juga harus menyediakan banyak tempat sampah untuk membuat pengunjung taat terhadap aturan.




7. Dari lingkungan tempat kuliner: tidak menyediakan sedotan


Ketika saya berkunjung ke tempat makan umum, sudah beberapa restoran yang tidak menyediakan sedotan. Ini adalah salah satu upaya mereka untuk mengurangi produksi dan jumlah sampah sedotan nantinya. Pihak restoran juga bisa menyediakan pembelian sedotan stainles steel sebagai bentuk upaya mengubah kebiasaan pemakaian sedotan.

8. Dari lingkungan RT/RW: melarang warganya untuk membakar sampah


Dari kalangan terkecil, seperti RT/RW juga bisa melakukan kolaborasi untuk menjaga lingkungan. Salah satunya ada aturan dilarang membakar sampah. Untuk itu, setiap rumah harus memiliki tempat sampah yang tertutup, ada orang yang mengambil sampah lalu dipindahkan ke TPA. Jika perlu, ada sangki membayar sejumlah uang jika ketahuan membakar sampah.

9. Dari lingkungan PKK: mengajak ibu rumah tangga menakar makanan dengan tepat


Limbah berupa sisa makanan nantinya akan menjadi gas metana yang kerap merusak lapisan ozon, sehingga dari kalangan rumah tangga sebaiknya ada sosialisasi untuk menakar makanan dengan tepat. Bisa juga membuat rencana memasak sehingga tahu harus belanja apa saja dan berapa jumlahnya.

10. Dari lingkungan umum: ajakan mengurangi pemakaian produk hutan


Salah satunya adalah kertas. Jika permintaan terhadap kertas semakin tinggi, maka produksi kertas juga meningkat sehingga harus terus menebang pohon. Meski begitu, kita tidak bisa lepas dari kertas, tapi kurangi penggunaannya. Misalnya, menggunakan kertas bekas dahulu jika bukan berkas yang penting.




Contoh Kebijakan Mengatasi Perubahan Iklim


Selain kolaborasi yang bisa dilakukan oleh masyarakat, untuk mengatasi perubahan iklim juga perlu didukung dengan kebijakan yang tepat. Andai saya memiliki posisi untuk membuat kebijakan, maka saya akan membuat program ini:

1. Melakukan uji emisi kendaraan setiap perpanjangan STNK


Setiap tahun, pemilik kendaraan bermotor wajib membayar pajak bermotor. Momen ini bisa digunakan untuk melakukan uji emisi. Bisa juga hanya berlaku kendaraan yang berusia lebih dari 3 tahun. Uji emisi ini memastikan jika gas yang dikeluarkan masih berada di ambang batas yang diperbolehkan. Ketika sudah lolos uji emisi, sekaligus sudah membayar pajak, maka baru selesai melakukan perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan).

Memperpanjang STNK sekaligus cek uji emisi bisa membuat pemilik kendaraan cukup sekali mengurus semuanya dalam setahun.

Meski ada kalanya mengadakan pemutihan STNK, maka semua kendaraan tetap harus melakukan uji emisi untuk memastikan gas bermotor yang dipakai masih di ambang batas emisi.

2. Mempercepat peraturan kendaraan dengan Euro 5 hingga Euro 6


Euro adalah standar gas emisi yang digunakan oleh negara Eropa. Semakin tinggi angka euro-nya, maka gas kendaraan semakin minim bisa mempengaruhi lingkungan. Saat ini, negara Eropa memang sudah memiliki standar emisi euro 6.

Meski begitu, di Indonesia memang sudah memberlakukan kendaraan dengan euro 4 sejak tahun 2018. Untuk euro 5, Indonesia memberi batas waktu tahun 2027 nanti. Jika mungkin, bisa mempercepat waktu euro 5, agar lekas bisa mengikuti negara Eropa dengan euro 6.

Semakin cepat memberlakukan kendaraan dengan euro 6, maka semakin cepat bisa mengurangi karbon yang mencemari udara.

3. Meningkatkan kualitas transportasi umum


Ketika ingin membatas jumlah kendaraan yang ada, maka harus disertai dengan solusinya, yaitu membuat transportasi umum yang nyaman dan aman. Baik itu dari kendaraan yang memang layak, sumber daya manusia (SDM) seperti supir yang nyaman selama mengendari, hingga harga yang terjangkau.

Memperbaiki transportasi umum dari mulai kendaraannya, SDM-nya, hingga harga yang terjangkau.

Ketika akses transportasi umum sangat mudah dan selama perjalanannya nyaman, maka banyak penduduk yang akan beralih menggunakan angkutan umum dari pada mobil pribadi. Selain itu, tentu sebenarnya lebih murah menggunakan angkutan umum dari pada harus membeli bahan bakar untuk kendaraan pribadi. Artinya, jumlah kendaraan pribadi bisa ditekan.

4. Wajib memiliki filter di cerobong pabrik


Salah satu sumber polusi udara adalah gas yang dikeluarkan oleh pabrik. Mungkin kita tidak bisa menutup pabrik karena masih membutuhkan produk mereka, tapi kita bisa mengurangi polusi udaranya. Salah satunya adalah, setiap pabrik harus memiliki filter di cerobong asapnya. Tujuannya, mengurangi efek gas yang keluar.

Filter di cerobong pabrik bisa mengurangi asap yang keluar, sehingga mampu juga mengurangi polusi udara.

Saat ini, sudah ada beberapa filter cerobong asap, maka setiap pabrik harus memilikinya, minimal satu buah. Selain itu, filter pabrik juga harus diganti dalam beberapa waktu agar terus mempu menyaring gas yang akan keluar.

5. Setiap pabrik wajib memiliki, minimal 1 pohon di sekitarnya


Untuk mengimbangi jumlah gas yang keluar dari pabrik, maka dibutuhkan juga semakin banyak pohon yang bertugas menyerap karbon. Maka, setiap pabrik diwajibkan memiliki, minimal 1 pohon yang ada di sekitarnya. Bahkan lebih dari 1 juga lebih baik.

Pohon di sekitar pabrik bisa bertugas untuk menyerap karbon, sekaligus memberi efek rindang.

Untuk ke depannya mungkin bisa ditambahkan minimal jumlah pohon, bisa sekitar 3, atau 5, bahkan lebih. Bisa juga, setiap tahun harus memiliki 1 pohon baru, sampai 5 atau 10 tahun ke depan, sebagai bentuk keperdulian pabrik terhadap lingkungan dan bumi.

6. Membuat tong sampah yang terpisah, yang banyak, dan yang menarik


Salah satu kebiasaan membuang sampah sembarangan karena masih sedikitnya tong sampah. Maka bisa mengikuti cara Kota Kendari dengan membuat tong sampah di berbagai sudut kota. Dengan cara ini, tidak ada alasan orang untuk membuang sampah sembarangan karena di dekatnya sudah ada tong sampah.

Tong sampah yang banyak bisa mengurangi kebiasaan orang membuang sampah sembarangan.

Selain jumlah tong sampah yang banyak, bisa juga membuat tong sampah terpisah, seperti sampah organik, non organik, dan residu. Bisa juga membuat tong sampah dengan bentuk yang menarik agar tetap enak dipandang, meski banyak tong sampah di berbagai sudut kota.

7. Melakukan daur ulang sampah


Mau tidak mau, memang harus melakukan daur ulang sampah jika tak ingin sampah yang lama terurai bisa selesai. Itulah kenapa sebaiknya sudah memisahkan sampah sejak dari tong, jangan baru memilah sampah ketika sudah masuk TPA atau tempat pembuangan akhir.

Memilah sampah sejak awal agar mudah melakukan daur ulang.

Saat ini sudah banyak orang kreatif yang mengubah sampah menjadi bahan produk dengan nilai jual tinggi. Ini juga bisa sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat. Kita bisa membantu promosi agar semakin banyak orang yang bangga ketika menggunakan produk yang katanya berasal dari sampah, sekaligus mendukung menjaga lingkungan di bumi.

8. Wajib memiliki kebun mini setiap RW


Jika di Kota Kendari memiliki kebun rayanya, maka tidak mungkin setiap daerah juga memiliki kebun rayanya sendiri, meski ukurannya kecil. Mari galakkan membuat kebun mini, meski hanya di level RW. Setidaknya setiap daerah memiliki kebun agar semakin banyak pohon yang ditanam lagi.

Jenis tanaman kebun mini setiap RW bisa apa aja, sehingga memudahkan warga menanam dan merawatnya.

Saat ini, di tingkat RT saya memang digalakkan tanaman toga setiap RT, sehingga beberapa tanaman obat-obat dan rempah mudah didapatkan. Untuk kebun mini, tidak harus tanaman obat, tapi bisa tanaman apa saja agar semakin banyak penanaman pohon kembali.

9. Ibu-ibu PKK bisa mengajak selalu membuat food preparation


Salah satu sumber polusi udara adalah sisa makanan dari kalangan rumah tangga, maka ibu-ibu PKK bisa mengajak anggotanya untuk melakukan food preparation. Caranya, bisa setiap seminggu sekali membuat daftar menu yang akan dimasak, lalu dari daftar tersebut, nantinya harus membeli apa saja dan sebanyak apa, kemudian mengetahui cara menyimpan agar sayuran lebih tahan lama.

Dengan food preparation bisa mengurangi sampah sisa makana yang terbuang.

Cara ini sebenarnya juga bisa membuat ibu-ibu melakukan perencanaan belanja lebih tepat, tidak kekurangan, dan tidak berlebihan lalu nantinya terbung percuma. Tentu lebih irit mengurus uang belanja juga.

10. Memberikan sanksi sosial bagi pelanggar


Isu polusi udara sudah bukan hal baru, sehingga semua warga harus taat terhadap kebijakan yang sebenarnya untuk mereka sendiri juga. Maka, perlu membuat sangsi yang jera, salah satunya adalah sangsi sosial. Contoh sangsi sosial yang bisa diberikan adalah, harus membersihkan lingkungan selama sekian jam dan berdasarkan kesalahannya, menggunakan seragam khusus ketika mengerjakan sangsi sosial.

Sangsi sosial lebih bisa membuat efek jera, selain membayar atau pidana.




ISU polusi udara harusnya sudah menjadi perhatian semua pihak. Mari kembalikan kondisi udaranya yang bersih sehingga bisa sehat dan bebas beraktivitas juga. Menurut IG Air, indeks udara yang sehat adalah antara 1-50. Untuk Kota Kendari, saat itu, berada di angka 20, sehingga masih berwarna hijau atau udaranya masih tergolong sehat.

Beberapa kota besar sudah masuk ke warna kuning atau berbahaya, hingga ada pula yang tergolong warna merah atau sangat berbahaya. Kita jangan senang ketika masih ada kota yang berwana hijau, tapi harusnya memiliki impian jika semua kota di Indonesia kelak berwarna hijau semua, sehingga udara masih sehat dan bisa mengatasi perubahan iklim.

Mari menjadi bagian dari #TeamUpForImpact yang siap mengatasi polusi udara dari diri sendiri dan sekarang, untuk bumi yang lebih sehat hingga masa mendatang.



Sumber referensi:

https://sippn.menpan.go.id/
https://sultra.antaranews.com/
http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/index.php/detail_berita/551/kebun-raya-kendari-semakin-diminati-untuk-wisata-edukasi
https://www.celebes.co/kebun-raya-kendari
https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/05/123000465/apa-itu-uji-emisi-dan-mengapa-perlu-dilakukan-pengukuran-emisi-gas-buang-?page=all

Comments

  1. Dari gaya hidup sudah keliatan banget kalau beda, enggak heran Papua dan yang lainnya di sana bersih sedangkan di Jawa lebih sering terdampak banjir. Kehidupan kota yang modern menimbulkan kebiasaan buruk yang membahayakan lingkungan. Sepertinya diperlukan pembaruan untuk mencegah rusaknya lingkungan. Terima kasih informasinya!

    ReplyDelete
  2. Baru tahu bisa cek kualitas udara secara online ya

    ReplyDelete

Post a Comment