Sharing Komunitas IIDN: Cara Membuat Buku Sendiri

Aku hepi banget, deh. Jadi, pas hari Selasa (9 Juli 2019) lalu itu, ada kopdar komunitas menulis, yaitu Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Semarang, dengan bintang tamu (kasih tepukan meriah dong ...) yaitu ketua IIDN pusat, bernama Mbak Widyanti Yuliandari atau yang femes dikenal dengan panggilan Mbak Wid. Dan, tema sharing itu “Menulis Buku Jaman Now”. Pas banget!

Kepo nggak sih sama isi sharingnya?
Yang nggak kepo, please, jadiin kepo aja, yah #BuatNambahViewer, hehehe.


Menurut Mbak Wid, di dunia apapun, yang samanya peluang dan tantangan itu pasti sudah 1 paket. So, ketika ada peluang, maka pasti ada tantangan. Misalnya gini, ada peluang menerbitkan buku sendiri lewat penerbit indie, tentu tantangannya adalah bagaimana melakukan promosi? Misalnya juga, ada peluang diskon besar di mall maka tantangannya adalah harus desak-desakan #ApaSihIni? Hehehe.

Tahu nggak, ada riset yang bilang kalau kecenderungan pembaca jaman now itu suka tulisan yang ringan dan yang pendek. Tapi, ternyata enggak selalu benar juga. Buktinya, di blog Mbak Wid itu, justru artikel yang paling banyak dibaca adalah artikel-artikel yang panjang dan yang “mendalam”. Nah, lho?! Berarti, masih ada juga kok pembaca yang suka baca tulisan panjang.

Ada juga bilang kalau pembaca jaman now itu cenderung kurang suka membaca buku, tapi sukanya membaca lewat gadget. Mungkin, ya, karena lebih praktis hingga karena alasan gratis, ini sih emak-emak juga doyan, hehehe. Tapiii, kalau ada acara diskon buku ternyata pembelinya juga membludak.

Nah, kata siapa kalau buku itu nggak ada peminatnya. Intinya, selalu ada celah yang bisa ditembus. Ambillah peluang yang ada dan harus siap menghadapi tantangan yang memang sudah 1 paket. Begitu pula buat kamu yang ingin menerbitkan buku. Sekarang pilihan menerbitkan buku itu banyak, dan nggak harus selalu ikut trend seperti harus ke penerbit mayor. Bisa ke penerbit indie. Tapi tetap pilihan ada di masing-masing penulis itu sendiri. Jadi, jangan maksa juga, ya, hihihi.

Contohnya, IIND pernah membuat antologi (temanya blog dan hijrah) yang lewat jalur penerbit indie, dan hasilnya bagus banget. Terbukti berhasil menjual dalam waktu singkat, yaitu lebih dari 150 dengan teknik promosi sederhana. Bahkan, hasil penjualan itu bisa digunakan sebagai biaya kebutuhan IIDN juga. Mantuuul!

Meski begitu, kunci utama adalah temukan keunikan naskah kamu. Dengan begitu, pembaca akan tertarik karena tidak ada di buku manapun, meski diterbitkan lewat indie. Kurang lebih begitu pesan Mbak Wid, bukan pesan dariku *plak!

Namanya emak-emak kalau pada kumpul memang ramai karena sepaket dengan anak-anak, hehehe. Tapi tidak menyurutkan semangat untuk belajar dunia penulisan. Dan, nggak lupa foto-foto dong, ah.


Tebak, aku di sebelah mana dan Mbak Wid di sebelah mana?
Yang lainnya nggak usah di-mention, ya *minta dipecat jadi member IIDN Semarang, ups.
Temukan juga tips menulis lainnya ala-ku dengan KLIK DI SINI #SiapaTahuAdaYangKhilaf.

Comments

  1. Kalo mau blognya rame ya tantangannya suka blog walking. Cucok ngga mba permisalannya? Hehehe. Sayang ngga bisa ikutan, pasti seru nimba ilmu dari ahlinya

    ReplyDelete
  2. Aahhh.. Sayang banget waktu itu gak bisa ikutan. Komunitas penulis yang pertama aku ikutin dan semangat tuk punya buku solo perdana. Sukses ya utk iidn.

    ReplyDelete
  3. Unik. Itu salah kunci sukses buku kita ya... Ok..dicateeet..*dan mudah2an bisa segera dipraktekkan..hehe.. Wuri, trims sharing hasil bincang2 dg Mba Wid ya...

    ReplyDelete
  4. Waaa.. Asyik banget kemarin kopdarnya. Nggak cuma kangen-kangenan tapi bisa dapet banyak ilmu juga ya. Senangnyaaaa

    ReplyDelete
  5. Banyak ilmunya ya mbak. Sayang aku gabisa ikutan nih. Btw tulisan panjang versi cak nun tuh aku tetep sukak. Yg simpel n jleb versi sudjiwo tejo juga ga ngebosenin buat dibaca. Tergantung cara kepenulisannya mungkin ya mbak biar pembaca tetep lanjut baca sampe katam

    ReplyDelete
  6. Self publishing sepertinya memang alternatif yahud ya, mb :)
    Soal promo, semua akun medsos bisa digunakan lah ya.
    Namun, tembus major publisher juga bisa jadi indikator awal kompetensi sih menurutku. Apapun itu, berkarya saja dulu. Sepertinya yang utama itu :)

    ReplyDelete
  7. Penulis buku di jaman now memang banyak tantangannya ya mbak. Pinter2 promosinya. Kalau aku dulu sempet yang khawatir nasib blog. Rata2 kan pada suka lihat youtube. Mau ngevlog belum ada kemampuan. Tapi ternyata blog pun masih bertahan ya. Punya Mbak Wid malah artikel panjang dan mendalam yang rame.

    ReplyDelete
  8. Benar banget, jadi penulis buku dan blogger ada tantangannya masing-masing ya, tinggal kita mempersiapkan diri menyikapi tantangan itu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah jadi terpantik semangat untuk kembali menulis buku setelah mendapat bekal wejangan dari Bu Ketu IIDN ini. Yuuk kapan lah kita kopdar ngetik? *atau kopdar pijetan :D

    ReplyDelete
  10. Barokallah mba Wuri busa ngumpull
    Gemes aslinya pengen ikutan tapi ak di Jogja. Kangen menerbitkan buku lagi.

    ReplyDelete
  11. Menemukan ide yang unik itu yang susah, karena harua harua out off the box mikirnya. Malah gak jadi nulis, hihii.
    Makasiiih ya tips nua, huhuhuue sedih gak bisa ikutan kopdar ibu ketua IIDN

    ReplyDelete
  12. Komunitas menulis yang produktifitasnya sungguh inspiratif.

    Jadi bangga, menjadi bagian dari keluarga besar IIDN ^^

    ReplyDelete
  13. Kalau mau cari penerbit indie tapi nggak punya banyak modal, ya, harus pintar-pintar hunting yang menawarkan kualitas baik tapi harga murah. Dan ternyata buanyaaaaaaakk di luar sana.

    ReplyDelete
  14. Aku msh suka baca buku sih, tp emg lbh sering baca di gawai. Karena males bawa2, berat cyiiin. Tapi klo ada diskonan, teteup kalap

    ReplyDelete
  15. Terimakasih sudah menuliskan kopdar kita, Mbak Wuri. Jangan lupa undang saya kalau ada Kopdar Pijet. Wkwkwk (Buketu)

    ReplyDelete
  16. Saya bangga menjadi bagian dari IIDN.

    ReplyDelete
  17. Buku indie apalagi berupa antologi, penjualannya bisa sukses karena tiap
    Kontributor #sedikit wajib# bisa jualan bukunya sendiri

    ReplyDelete

Post a Comment