Belajar Menjadi Reporter 4: Berburu Artis

Aku mau cerita pengalaman dahulu, yaaa, tapi ya nggak dulu-dulu banget kayak zaman Flintstone yang serba dari batu, hehehe. Selama aku menjadi reporter audio-visual, nggak semua artis bisa diajak wawancara dengan mudah.

Ada yang janji siang bisa ketemu tapi sampai tengah malam bahkan aku rela bobok cantik di kantor pun, si manajer nggak ngasih kabar tempat ketemuannya di mana. Dipikir reporter kayak Mbah Mijon kali ya, bisa “menerawang” tempat wawancara, huh! Ada juga, yang janjian di Kafe Bunga (nama kafe samaran), jam 12 siang, aku dan kameramen sudah datang on time. Ternyataaa, tuh artis baru bangun tidur dan datang telat. Aku dan kameramen pun menunggu sekian lama tanpa segelas air atau secuil camilan, di antara pengunjung kafe yang menyebarkan aroma laper #MaapTanggalTua, hihihi.


Untuk itu, wahai calon reporter atau yang sudah jadi reporter. Sebaiknya kamu punya daftar calon tumbal, eh, calon narasumber yang buanyak sekaleh. Tapi biasanya, kantor punya database sih. Misalnya, dulu, waktu aku baru merantau di Jakarta dan pertama kali kerja jadi reporter. Tempat nongkrong-ku yang sebelumnya kan cuma kantin kampus di kampung halaman, ya mana kenal sama artis di ibukota. Beruntung kantor punya database kontak-kontak artis dari zaman penjajahan, hehehe peres, ya, sampe terhits.



Foto: aku jarang foto sama artis, takut “jomplang” sebelahan sama yang “bening” hahaha. Jadi, beraninya rame-rame kek gini. 

Tapi pernah, nih, berkaitan dengan liputan artis. Entah kenapa, hari-hari itu, aku kok serasa apes terus. Waktu itu, aku pegang program kesehatan, dan ada segmen kesehatan ala artis gitu. Jadi, harusnya pilih artis yang dikenal masyarakat kerap menjaga tubuhnya, jangan wawancara artis yang hobi pamer dugem. Idealnya sih gini, walo kadang realita ya sapa aja, deh, ups.

Anggap saja, hari ini adalah Hari Jum’at. Besok, Hari Sabtu, aku ada janjian wawancara dengan artis A. Sudah janjian dari sekitar seminggu yang lalu. Hingga terdengarlah ringtone dari HPku.

Si Manajer: Mbak. Besok dia harus ke luar kota. Kita reschedule aja ya wawancaranya.

Modyaaar! Yang bikin modyar adalah karena kejar tayang. Jadi, wawancara dengan Artis A itu untuk tayang di TV di Hari Minggu besoknya lagi. Huhuhu, mau nggak mau dan terpaksa harus mau, aku buka database artis. Kalo kayak gini, sih, cap cip cup aja deh. Langsung oke siapa yang bisa hari ini, atau maksimal besok. Nggak peduli tuh artis hobi nge-gym atau hobi melempar barbel aja, eh.

Alasan Manajer Artis 1: hari ini sampai besok full sibuk shooting di hutan, Mbak. => cancel, deh, dari pada aku nanti wawancara sambil dikejar babi hutan?
Alasan Manajer Artis 2: padet jadwalnya, Mbak. Bulan depan aja wawancaranya, ya. => kalo kayak gitu, ya sebelum bulan depan, aku sudah dipecat, lah.
Alasan Manajer Artis 3: Mbaknya nggak nonton infotaintment, ya? Artis 3 kan lagi honey moon di luar negeri selama seminggu. => Iya, maaf, aku sukanya ngegosipin Bos ajah, ups.

Setelah ditolak terus, sampai tagihan telepon kantor membludak, hehehe. Akhirnya ada satu artis yang sanggup besok diwawancarai. Legaaa, bisa bobok malam dengan cantik, deh.

Keeseokan harinya,
Pagi di Hari Sabtu yang mungkin para pekerja lain libur, tapi aku sudah ada di jalan raya, eh di pinggir jalan raya, lho, ya, bukan di tengah jalan. Sambil nunggu angkot lewat, mau ke kantor. Mendadak HP bunyi.

Manajer Artis: Mbak. Si Artis mendadak sakit. Nggak bisa wawancara hari ini. Mohon maaf ya... 

Mati aku! Apa perlu aku panggil MUA biar wajahku dimake-up sampai mirip seorang artis? Terus wawancara sendiri? Huaa.... Sampai kantor, buka database lagi. Calling sana sini. Banyak juga yang nggak diangkat karena masih pagi kali ya. Di saat kantor masih sepi, aku duduk sendiri, meratapi nasib. Oalah. Ada kali sekitar 1 jam-an telpon sana-sini sampai bibir jontor, eh, seksi kayak Angelina Jolie aja, deh *plak!

Akhirnya ada seorang artis. Waktu itu masih baru. Masih ABG dia. Sekarang sih sudah lulus atau masih kuliah ya? Aku telepon ibunya yang jadi manajernya. Kebetulan dia ada shooting FTV. Baiiikkk dan santun banget pas ketemu. Inisialnya GG. Clue-nya, dia anak Erwin Gutawa, hahaha, pasti pada tahu lah.

Happy ending, deh. Kelar wawancara, langsung setor ke ruang editing buat tayang di hari Minggu. Dan aku bisa malam mingguan dengan tenang.

Kameramen: Emang ada yang ngapelin?
Aku: Eeerrr!!!

Buat cerita jumpalitan jadi reporter yang lainnya, bisa klik Belajar Menjadi Reporter, ya.

Comments

  1. Hahaa seru pengalamannya. Harusnya foto brdua bareng artis buat stok foto instagram haha

    ReplyDelete
  2. Hehehe seru ya. Tp yg sedang menjalani pasti ga bisa begitu aja nyengur kyk yg baca 😂

    ReplyDelete
  3. Wah ternyata susah juga ya untuk wawancara artis. Wah, keren ih mbak Wuri dah pernah wawancara salah satu penyanyi favoritku.

    ReplyDelete
  4. Kameramennya usil minta dijitak, hahahaa

    ReplyDelete
  5. wah asyik banget ya bisa wawancara artis..
    saya mah apa atuh belum pernah ketemuartis hihihi.
    ternyata susah juga ya ketemu buat wawancarai artis. padahal artis sendiri butuh reporter untuk mempopulerkan dirinya.
    kalo susah mending promosiin diri aja mba biar jadi artis juga hehehe

    ReplyDelete
  6. Setiap baca artikel atau pengalamannya mbak pasti ada lucu-lucunya :D gimana tuh kalau lagi syuting dihutan malah dikejar babi hutan. hahah :D bukan acara wawancara lagi tapi malah jadi acara uji nyali.:)

    ReplyDelete
  7. Asyik banget sih mbak.. ini salah satu mimpi nggak kesampaian... Jadi reporter.. tapi baca cerita mbak wuri jadi terobati..

    ReplyDelete

Post a Comment